Disusun
Oleh :
Nama :
Eri Supiyono
NIM :
13210086
UNIVERSITAS JANABADRA
YOGYAKARTA
2015
BAB
1
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Dalam rangka menjaga stabilitas politik
dan keamanan regional ASEAN, meningkatkan daya saing kawasan secara keseluruhan
di pasar dunia, dan mendorong pertumbuhan ekonomi, mengurangi kemiskinan serta
meningkatkan standar hidup penduduk Negara Anggota ASEAN, seluruh Negara
Anggota ASEAN sepakat untuk segera mewujudkan integrasi ekonomi yang lebih
nyata dan meaningfull yaitu ASEAN
Economy Community (AEC) atau Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Keterlibatan
masing-masing negara dalam kerjasama, baik multilateral
maupun regional, memiliki kepentingan sendiri-sendiri, begitu pula Indonesia
memiliki kepentingan sendiri dengan kerjasama ASEAN. Kesediaan Indonesia
bersama-sama dengan sembilan Negara ASEAN lainnya membentuk ASEAN Economic
Community (AEC) pada tahun 2015 didasarkan pada keyakinan atas manfaatnya yang
secara konseptual akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi Indonesia dan kawasan
ASEAN.
Indonesia menempati peringkat pertama
jumlah penduduk dibandingkan dengan negara-negara ASEAN lainnya dengan jumlah
penduduk sebesar lebih dari 240 juta jiwa atau sekitar 44% populasi ASEAN
dengan tingkat pertumbuhan penduduk sebesar 1,45%. Dengan jumlah penduduk
sebesar itu dan mengingat salah satu aspek dari ASEAM Economic Community ini
adalah menjadikan wilayah Asia Tenggara sebagai pasar tunggal bagi
negara-negara di ASEAN, tentunya tidak dapat dipungkiri bahwa Indonesia akan
menjadi target pasar utama dalam arus perdagangan-perdagangan negara-negara
ASEAN
Arus
perdagangan bebas yang diusung oleh program AEC 2015 ini bukan hanya barang dan
jasa melainkan juga tenaga-tenaga kerja terampil. Tentunya ini akan memberikan
peluang bagi Indonesia untuk bisa menguasai pasar tenaga kerja ahli di Asia
Tenggara. Jika demikian, maka hal tersebut akan memacu pertumbuhan ekonomi dan kemajuan
di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi bagi Indonesia. Akan tetapi, arus
bebas tenaga kerja ini menimbulkan tantangan yang sangat besar bagi Indonesia.
Kita tahu bahwa Indonesia adalah negara
yang kaya dengan sumber daya alamnya, baik dari sektor pertanian, perikanan,
perkebunan, dan pertambangan baik mineral maupun minyak dan gas. Di samping
itu, posisi Indonesia yang strategis dan luas wilayah Indonesia yang sangat
besar menjadikan Indonesia sebagai tempat terbaik untuk membangun industri
dibandingkan dengan negara-negara ASEAN lainnya. Hal tersebut menyebabkan akan
derasnya arus tenaga kerja asing yang masuk ke Indonesia sehingga justru pasar
tenaga kerja di Indonesia didominasi oleh pekerja asing. Jika demikian, jumlah
pekerja Indonesia yang menganggur akan meningkat dan pertumbuhan teknologi dan
ilmu pengetahuan di Indonesia akan terhambat dikarenakan sektor-sektor ahli
akan didominasi oleh SDM-SDM asing.
Tentunya hal tersebut tidak mutlak akan
terjadi. Semua tergantung dengan bagaimana kesiapan SDM Indonesia dalam
menghadapi persaingan pasar bebas tenaga kerja tersebut. Oleh karena itu kami
mencoba memaparkan beberapa analisis mengenai kesiapan SDM Indonesia dalam
menghadapi tantangan Komunitas Ekonomi ASEAN 2015 mendatang.
B.
Permasalahan
Bagaimana kesiapan SDM Indonesia
menghadapi pasar bebas tenaga kerja AEC 2015?
Tenaga-tenaga kerja asing dari negara
tetangga sekitar Indonesia akan masuk dengan bebas. Siapkah lulusan pendidikan
Indonesia menjelang Pasar Bebas ASEAN? Saat ini masyarakat Indonesia berada
pada lingkungan global yang sedang bergerak dengan dinamis dan kompleks, dengan
kondisi-kondisinya yang baru, yang langsung maupun tidak langsung berpengaruh
terhadap diri masyarakat, yang harus dihadapai dengan sikap terbuka. Salah satu
aspek penting yang perlu disiapkan dengan cepat bangsa ini adalah SDM yang
kompeten. Kualitas sumber daya manusia merupakan faktor penentu keberhasilan
pembangunan dan kemajuan suatu bangsa. Para tenaga kerja dari negara MEA yang
memiliki kompetensi kerja yang lebih tinggi, tentunya akan memiliki kesempatan
lebih luas untuk mendapatkan keuntungan ekonomi di dalam MEA. Dengan demikian,
kita harus berusaha dengan sunguh-sunguh untuk meningkatkan kualitas sumber
daya manusia dan mengejar ketertinggalan dari negara-negara lain, khususnya di
kawasan ASEAN. Meningkatkan kualitas SDM harus diarahkan pada penguasaan iptek
untuk menopang kegiatan ekonomi agar lebih kompetitif. Pemenuhan SDM yang
berkualitas dan unggul karena menguasai iptek, akan berpengaruh terhadap struktur
industri di masa depan. Dan apabila sasaran di atas bisa dipenuhi, akan semakin
kuat basis industri yang sedang dibangun dan dikembangkan di Indonesia, yang
pada gilirannya akan mendorong transformasi struktur ekonomi secara lebih
cepat.
BAB
II
ISI
PERMASALAHAN
Tantangan
terpenting yang dihadapi manajemen sumber daya manusia selalu berkaitan dengan
menyediakan pelayanan yang masuk akal dengan rencana strategic perusahaan.
Dalam menformulasi strategi SDM, manajer SDM harus memikirkan tiga tantangan mendasar.
Pertama keharusan mendukung produktivitas dan upaya peningkatan kinerja
perusahaan. Kedua, karyawan memainkan peran yang makin luas dalam usaha
perbaikan kinerja pengusaha. Ketiga SDM harus terlibat lebih jauh dalam
mendesain tidak hanya melaksanakan rencana strategic perusahaan.
Perencanaan strategic
mencakup 4 tugas utama manajemen strategi yaitu menentukan evaluasi situasi
internal dan eksternal, mendefinisikan bisnis dan mengembangkan misi,
menerjemahkan misi ke dalam tujuan strategic, dan merangkai strategi atau
arahan tindakan. Strategi pada tingkatan korporasi mengidentifikasi portofolio
bisnis secara keseluruhan, terdiri dari perusahaan dan cara berhubungan satu
sama lain. Pada tingkat yang lebih rendah, setiap bisnis ini butuh strategi kompetitif/tingkat
bisnis. Kita dapat mendefinisikan keuntungan kompetitif sebagai semua faktor
yang memungkinkan organisasi mendiferensiasikan produk atau jasa dari produk
dan jasa pesaing untuk meningkatkan presentase pangsa pasar. Perusahaan
menggunakan beberapa strategi kompetitif untuk mencapai keuntungan kompetitif
yaitu kepemimpinan biaya rendah, diferensiasi dan focus. Istilah SDM stratejik
mengacu pada serangkaian tindakan spesifik manajemen SDM yang didorong oleh
perusahaan untuk mencapai tujuan. Tujuan yang terpenting dari strategi SDM adalah
membangun karyawan yang memiliki komitmen, terutama dalam lingkungan tanpa
serikat kerja.
Studi dari
Universitas Michigan menyimpulkan bahwa kinerja tinggi SDM professional
perusahaan mengidentifikasi masalah manusia yang sangat penting bagi strategi
bisnis dan membantu membangun dan melaksanakan strategi. Mereka memiliki
kapasitas untuk mencapai alternative dan dilibatkan dalam membuat respons dan
mengarahkan pasar organisasi. Manajer SDM melakukan dua peran mendasar
perencanaan strategic yaitu melaksanakan dan memformulasikan strategi. Manajemen
puncak memformulasikan strategi korporasi dan kompetitif perusahaan lalu
strategi tersebut memformulasikan kebijakan dan strategi fungsional yang luas. Peraturan
dasar pada strategi ini adalah aktivitas kebijakan dan strategi departemen SDM
harus masuk akal berkaitan dengan strategi kompetitif dan korporatif
perusahaan. Peran tradisional SDM dalam pelaksanaan strategi telah meluas
termasuk bekerja dengan manajemen puncak untuk memformulasikan rencana
strategic perusahaan. Peran meluas dalam formulasi strategi menggambarkan
realita yang dihadapi oleh sebagian besar perusahaan besar saat ini. Globalisasi
berarti persaingan yang semakin meningkat, berarti kinerja yang lebih baik dan
sebagian besar perusahaan besar dapat meningkatkan kinerja secara keseluruhan
atau sebagian dengan mendorong kompetensi dan komitmen karyawan mereka.
Proses SDM
terdiri dari 3 komponen dasar, yaitu: profesional SDM yang dibutuhkan untuk
membangun SDM, kegiatan dan kebijakan SDM, serta kompetensi dan perilaku
karyawan. Menciptakan sistem SDM yang berorientasi pada strategi membutuhkan
keahlian baru sebagai bagian dari profesional SDM. Mereka harus memiliki
wawasan yang luas mengenai pengetahuan bisnis agar dapat memahami bagaimana
perusahaan menciptakan nilai-nilai dan untuk melihat bagaimana sistem SDM
perusahaan berkontribusi dalam proses penciptaan nilai-nilai tersebut.
Dilingkungan yang kompetitif saat ini manajer tidak dapat mengabaikan sifat sistem
SDM, kebijakan dan praktek aktual SDM untuk kesempatan. Manajer biasanya
mencoba untuk menciptakan sistem kerja kinerja tinggi.Banyak perusahaan yang
memiliki kinerja tinggi yang mempekerjakan karyawan berdasarkan kepada seleksi
tes, dan menyediakan pelatihan pada karyawan baru. Manajer SDM butuh cara untuk
menerjemahkan strategi baru perusahaan kedalam kebijakan dan praktek SDM yang
spesifik dan dapat diterapkan. Manajemen memformulasikan rencana strategic
dengan mengimplikasikan beberapa persyaratan tenaga kerja, berkaitan dengan
keahlian, karakteristik dan prilaku karyawan yang harus diberikan oleh SDM
untuk memberdayakan bisnis agar dapat mencapai tujuan strategic.
Manajer sering
menggunakan kartu nilai SDM untuk mengukur efektivitas dan efisiensi fungsi SDM
dalam menghasilkan perilaku karyawan untuk mencapai tujuan strategic
perusahaan. Kartu nilai ini menunjukkan standar kuantitatif yang digunakan
perusahaan untuk mengukur aktivitas SDM dan mengukur perilaku karyawan sebagai
hasil dari kegiatan ini, dan mengukur hasil organisasi yang secara strategic
dan relevan dengan perilaku karyawan. Dengan begitu kartu ini menekankan cara
yang informatif, tapi komprehensif, hubungan sebab akibat antar aktivitas SDM,
dan munculnya perilaku karyawan, dan merupakan hasil dari keluaran strategic
dan kinerja perusahaan secara luas.
Ada tujuh tahap
dalam penggunaan pendekatan kartu nilai SDM untuk menciptakan hasil strategic
yang berorientasi pada sistem SDM, antara lain:
1.
Mendefinisikan strategi
bisnis
2.
Menjabarkan nilai
rantai perusahaan
3.
Mengidentifikasi
keluaran organisasi yang secara strategic dibutuhkan
4.
Mengidentifikasi
prilaku dan kompetensi tenaga kerja yang dibutuhkan
5.
Mengidentifikasi
aktivitas dan kebijakan sistem SDM yang relevan secara strategic
6.
Mendesain sistem
pengukuran kartu nilai SDM
7.
Evaluasi secara
periodik sistem pengukuran
Strategi
Sumber Daya Manusia
Randall Schuler
(1994), mendefinisikan strategi sumber daya manusia sebagai berikut: ..........
getting the strategy of the bussiness
implemented effectively .......... getting everybody from the top of the human
organization to the bottom doing things that make the business successful. Mengacu
pada definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa strategi sumber daya manusia
berkaitan dengan misi, visi, strategi perusahaan, SBU (Strategy Business Unit) dan juga strategi fungsional. Penentuan
strategi sumber daya manusia perlu memperhatikan dan mempertimbangkan misi,
visi, serta strategi korporat, serta perlu dirumuskan secara logis, jelas dan
aplikabel.
Strategi sumber
daya manusia mendukung pengimplementasian strategi korporat dan perlu
diterjemahkan dalam aktivitas-aktivitas SDM, kebijakan-kebijakan,
program-program yang sejalan dengan strategi perusahaan. Ketidaksesuaian antara
strategi SDM dan strategi perusahaan akan mempengaruhi pencapaian sasaran
perusahaan. Sebaliknya kesesuaian antara strategi perusahaan dan strategi SDM perlu
diupayakan mendorong kreativitas dan inovasi karyawan dalam mencapai sasaran
perusahaan.
Strategi SDM
berkaitan antara lain dengan pembentukan suatu budaya perusahaan yang tepat,
perencanaan SDM, mengaudit SDM baik dari segi kuantitatif maupun kualitatif,
serta mencakup pula aktivitas SDM seperti pengadaan SDM (dari rekrutmen sampai
pada seleksi), orientasi, pemeliharaan, pelatihan dan pengembangan SDM,
penilaian SDM.
Dalam menentukan
strategi SDM, faktor-faktor eksternal perlu dipertimbangkan mengacu pada future
trends and needs, demand and supply, peraturan pemerintah, kebutuhan manusia
pada umumnya dan karyawan pada khususnya, potensi pesaing, perubahan-perubahan
sosial, demografis, budaya maupun nilai-nilai, teknologi. Kecenderungan
perubahan lingkungan akan mempengaruhi perubahan strategi perusahanan yang juga
berarti bahwa strategi SDM pun perlu dipertimbangkan ulang, dan kemungkinan
besar perlu disesuaikan. Perubahan strategi SDM bukanlah sesuatu yang tabu
namun perlu dilakukan dengan pertimbangan yang matang.
Perusahaan harus
memilih strategi bisnis yang tepat supaya mampu memanfaatkan peluang bisnis dan
mengantisipasi kendala-kendala yang terjadi sebagai dampak dari perubahan
lingkungan yang cepat. Salah kunci yang sangat penting dalam meraih keuntungan
kompetitif adalah melalui pengelolaan sumber daya manusia secara efektif.
Pengembangan dan pengimplementasian strategi Sumber Daya Manusia yang
dicerminkan pada kegiatan-kegiatan SDM seperti pengadaan, pemeliharaan dan
pengembangan harus sejalan dengan strategi bisnis dan budaya perusahaan.
Kemitraan dengan perusahaan lain merupakan karakteristik untuk meningkatkan
produktivitas dan prestasi perusahaan. Sebab itu network structure dan budaya perusahaan yang mengacu pada inovasi,
kreativitas dan belajar berkesinambungan (continous
learning) akan merupakan pilihan yang tepat bagi perusahaan-perusahaan yang
ingin survive dan berkembang.
Desain ulang SDM
(Redesigning Human Resource) acapkali
perlu dilakukan dengan seksama dan bijak agar sasaran perusahaan dapat dicapai.
Desain SDM berkaitan dengan desain pekerjaan yang mengacu pada JCM (Job Characteristic Model). Hackman dan
Oldham (1976) mengemukakan bahwa JCM terdiri dari task identity, task significance, task variety, authority dan feedback yang berimplikasi pada struktur
organisasi. Dengan perkataaan lain, desain ulang pekerjaan dapat dilakukan
dengan mangacu pada peningkatan kelima karakteristik tersebut. Pepsi Cola di
Amerika Utara, misalnya, merampingkan organisasi dan menempatkan pelanggan pada
hirarki organisasi teratas dan justru CEO pada tempat terbawah. BNI misalnya
melakukan perubahan strategi dan budaya perusahaan untuk menghadapi persaingan
yang semakin ketat di dunia perbankan. Organisasi yang ramping (lean) tentu
bukan segalanya kalau faktor - faktor lain seperti aktivitas SDM, dan
nilai-nilai organisasi tidak diarahkan mendukung struktur tersebut. Dalam
mendesain pekerjaan perlu juga dipertimbangkan kompentensi, motivasi dan
nilai-nilai karyawan.
Dalam menghadapi
pasar bebas Asia (AFTA) 2003, mutu SDM Indonesia cukup mengkhawatirkan. Man power planning secara nasional perlu
dilakukan dengan seksama. Secara umum, mutu sekolah dan universitas di
Indonesia pun relatif lebih rendah dibandingkan mutu sekolah atau universitas
di Singapura dan Malaysia. Universitas-universitas terkemuka Indonesia masih
menduduki peringkat jauh dibawah sepuluh besar, padahal universitas merupakan
suatu wadah pendidikan dan pengembangan ilmu. Pendidikan berperan besar dalam
meningkatkan mutu SDM sebab itu mutu pendidikan di Indonesia perlu ditingkatkan
baik secara kuantitas maupun secara kualitas. Kurikulum dan sistem belajar
mengajar perlu ditinjau kembali dan ditingkatkan. Pelatihan-pelatihan yang
efektif perlu dirancang untuk meningkatkan kualitas SDM.
Sementara itu di
tingkat mikro, perusahaaan-perusahaan perlu berperan aktif untuk ikut
meningkatkan mutu SDM baik. Perusahaan perlu mengkaji dan menganalisis
kebutuhan dan kesenjangan SDM terhadap strategi perusahaan masa kini dan masa
mendatang. Aset SDM yang perlu dievaluasi adalah bobot/kualitas dan potensi SDM
yang dimiliki saat ini, kebijakan-kebjakan SDM, sistem pengadaan, pemeliharaan dan
pelatihan pengembangan, nilai-nilai yang ada baik yang positif maupun yang
negatif serta kemampuan mengelola keragaman SDM. Berkaitan dengan aset SDM
suatu perusahaan, dalam menyusun strategi SDM perlu dievaluasi sejauh mana
elemen-elemen organisasi sudah sesuai dengan strategi korporat, SBU, visi,
misi, sasaran perusahaan. Disamping perlu dirancang suatu alat ukur (human resource measurement) untuk
mengetahui mutu dan kuantitas SDM, potensi SDM serta keterkaitan strategi SDM
dengan performance perusahaan. IGM Mantera, misalnya mengemukakan pengukuran
keberhasilan karyawan berdasarkan jenis ketrampilan yaitu a) untuk ketrampilan
profesional dipergunakan vitality index
dan b) untuk ketrampilan manajerial diukur dari kesiapan suksesi.
Untuk
mengevaluasi SDM perlu dipertimbangkan empat faktor sebagai berikut:
1.
Tingkat strategis,
antara lain misi, visi dan sasaran organisasi .
2.
Faktor Internal SDM,
antara lain: aset SDM, kualifikasi SDM, aktivitas SDM : pengadaan, pemeliharaan,
pelatihan dan pengembangan, serta kebijakan-kebijakan SDM.
3.
Faktor-faktor
eksternal, antara lain demografis, perubahan sosial, budaya, teknologi,
politik, peraturan pemerintah, pasar
tenaga kerja dan isu Internasional (misalnya : HAM dan ekologi).
4.
Faktor organisasional,
antara lain struktur, strategi perusahaan, budaya perusahaan, dan strategi SDM.
Pertimbangan
Konseptual dalam Memilih Strategi SDM
Karakteristik
bisnis abad 21 yang seolah-olah dunia semakin tanpa batas akan ditandai dengan
perdagangan dunia yang kompetitif, tuntutan pelanggan semakin tinggi, hak
paten, faktor lingkungan, product life
cycle semakin pendek, inovasi produk cenderung meningkat. Isu-isu yang
berkaitan dengan karakteristik tersebut bahkan tak jarang menjadi topik-topik
yang menarik dan kadang kontraversial di media masa, misalnya ecolabelling,
ekosistem, ISO 9000, ISO 14000, AFTA, dll.
BAB
III
KESIMPULAN
Dengan
dimulainya perdagangan bebas yang antara lain: diawalinya realisasi persetujuan
AFTA, pemerintah dan pelaku bisnis harus siap menghadapinya dengan
mempersiapkan strategi bisnis dan khususnya SDM agar kita mampu bersaing dalam
skala dunia. Mutu SDM harus berorientasi kedepan, sebab itu continuous learning, fokus pada tim,
"empowerment, kreatif,
mengaplikasi paradigma Learning Organization,
the rigth man on the right place, at the right time, and at the rigth company
perlu diaplikasi.
Profesionalisme
manajemen, sistem informasi, budaya perusahaan yang tepat, pemanfaatan
teknologi, strategi fungsional lainnya perlu secara terpadu mendukung
pelaksanaan human resources practices
yang sejalan dengan strategi SDM, strategi perusahaan, misi dan visi, disertai
kepemimpinan yang handal, bermotivasi, berwawasan luas yang didukung oleh SDM
yang berkualitas dan berorientasi pada learning
organization akan memungkinkan perusahaan menghadapi persaingan bisnis
dengan lebih percaya diri.
Kiranya amat
tepat bila pemerintah diharuskan untuk segera mempersiapkan langkah dan
strategis menghadapi ancaman dampak negatif dari MEA dengan menyusun dan menata
kembali kebijakan-kebijakan nasional yang diarahkan agar dapat lebih mendorong
dan meningkatkan daya saing sumber daya manusia dan industri sehingga kulaitas
sumber daya manusia baik dalam birokrasi maupun dunia usaha ataupun
professional meningkat. Pemerintah diharapkan pula untuk menyediakan
kelembagaan dan permodalaan yang mudah diakses oleh pelaku usaha dari berbagai
skala, menciptakan iklim usaha yang kondusif dan mengurangi ekonomi biaya
tinggi.
DAFTAR
PUSTAKA
0 komentar:
Posting Komentar